Sri Sultan Hamengkubuwana IX dikenal sebagai sosok yang bersahaja meski statusnya sebagai pemimpin Yogyakarta membawa warisan kekayaan berlimpah. Sejak tahun 1940, beliau berkomitmen untuk membantu masyarakat kecil dengan tulus, menjadikannya idola bagi banyak orang di Tanah Air.
Meskipun ukuran pasti dari kekayaannya tidak terdokumentasi dengan baik, sejarah mencatat bahwa dermawan menjadi ciri khasnya. Beliau sering mengalokasikan hartanya untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan, menunjukkan dedikasinya terhadap kesejahteraan rakyat.
Warisan dan sistem feodalisme di wilayah Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari alasan kekayaannya. Namun, cara hidupnya yang sederhana menjadi contoh nyata tentang kedermawanan dan kepedulian sosial yang menginspirasi banyak orang.
Donasi Besar Saat Awal Kemerdekaan Indonesia
Ketika Indonesia baru saja meraih kemerdekaan, Sri Sultan Hamengkubuwana IX tidak ragu untuk menyumbangkan 6,5 juta gulden kepada pemerintah dan 5 juta gulden untuk membantu rakyat yang dalam kesulitan. Jumlah tersebut setara dengan Rp 20-30 miliar di zaman sekarang, menunjukkan kepedulian mendalam terhadap nasib bangsa.
Dengan kekayaan yang dimilikinya, banyak yang mengira bahwa beliau hidup dalam kemewahan. Namun, Sri Sultan memilih untuk hidup sederhana dan tidak memamerkan harta yang ada, menjadikannya panutan untuk para pemimpin lainnya.
Sepanjang hidupnya, Sri Sultan memiliki berbagai kebiasaan yang menunjukkan betapa rendah hatinya beliau. Salah satunya adalah kebiasaannya membeli es gerobakan di pinggir jalan, bahkan saat cuaca sangat terik, yang menunjukkan nilai-nilai kesederhanaan dalam diri seorang raja.
Kisah Inspiratif Seperti Supir Truk
Pengalaman unik yang memperlihatkan karakter Sri Sultan adalah ketika beliau menjadi supir truk pengangkut beras. Suatu ketika, beliau mengendarai truk Land Rover miliknya, dan saat dalam perjalanan, bertemu dengan seorang penjual beras yang ingin ikut ke pasar kota.
Tanpa merasa lebih tinggi atau istimewa, Sri Sultan langsung membantu penjual beras tersebut dengan mengangkat karung ke dalam truk. Pertemuan ini berlangsung tanpa pengetahuan si penjual bahwa orang yang membantunya adalah seorang sultan.
Di pasar, Sri Sultan tetap berperilaku sederhana. Setelah menurunkan barang, penjual beras mencoba membayar jasa yang telah diberikan. Namun, beliau dengan sopan menolak, tidak ingin menerima uang tersebut baik sebagai sultan maupun manusia biasa.
Reaksi Tak Terduga dari Penjual Beras
Penjual beras merasa tersinggung dan marah karena mengira Sri Sultan menolak uangnya karena nominal yang sedikit. Oleh karena itu, ia mengira supir truk tersebut sombong dan merasa lebih tinggi dari dirinya.
Setelah Sri Sultan pergi, penjual beras mengetahui identitas sebenarnya dari supir yang sudah membantunya. Kaget dengan informasi ini, reaksinya sangat berlebihan hingga pingsan dan harus dibawa ke rumah sakit.
Ternyata, berita tentang kejadian tersebut sampai ke telinga Sri Sultan. Tanpa ragu, beliau langsung meluncur ke rumah sakit untuk menjenguk penjual beras dan memastikan keadaannya, menunjukkan kepedulian yang mendalam.
Pelajaran Berharga Dari Hidup Kesederhanaan
Kisah hidup Sri Sultan Hamengkubuwana IX mengajarkan pentingnya bersikap rendah hati meskipun memegang posisi tinggi. Beliau menunjukkan bahwa harta bukanlah segalanya, dan tindakan kecil dapat memberikan dampak besar bagi orang lain.
Dalam setiap perjalanan hidupnya, Sri Sultan selalu berusaha untuk memberikan contoh yang baik bagi rakyatnya. Ia berkomitmen pada nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi, seperti cinta, empati, dan kepedulian tanpa pamrih.
Memperhatikan cara hidup serta kebiasaan sederhana yang beliau jalani dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Kehidupan Sri Sultan menjadi teladan bahwa sikap sederhana dan dermawan adalah kunci untuk mendapatkan penghormatan dari masyarakat.
