Tech · November 13, 2024 0

China ke Amerika: Peringatan Keras Pemblokiran Total Taiwan

China ke Amerika – Ketegangan antara China dan Amerika Serikat kembali memanas setelah pemerintah AS memberikan perintah kepada Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), raksasa industri semikonduktor Taiwan, untuk menangguhkan penjualan chip ke China. Langkah ini dianggap oleh China sebagai upaya Amerika untuk “memainkan kartu Taiwan” dan meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan, sebuah titik panas geopolitik yang telah lama menjadi sumber konflik antara dua kekuatan besar tersebut.

Menurut Juru bicara Kantor Urusan Taiwan di China, Zhu Fenglian, tindakan Amerika ini sengaja memperkeruh situasi yang sudah sensitif dengan Taiwan. Zhu menekankan bahwa langkah AS ini tidak hanya menargetkan China, tetapi juga merugikan perusahaan-perusahaan di Taiwan, yang ekonominya sangat bergantung pada hubungan perdagangan dengan China, khususnya dalam industri semikonduktor yang sangat kritis.

Respons ini muncul setelah laporan dari Reuters di akhir pekan yang menyebutkan tentang perintah Amerika kepada TSMC. Perintah tersebut merupakan bagian dari upaya AS untuk membatasi akses China ke teknologi canggih di tengah persaingan teknologi dan keamanan yang semakin intens.

Langkah Amerika ini, menurut beberapa pengamat, tidak hanya menciptakan hambatan ekonomi bagi Taiwan dan China tetapi juga menaikkan risiko konflik militer, karena kedua belah pihak mungkin akan mengambil langkah lebih agresif sebagai respons. Selain itu, ini juga mempertajam dilema bagi perusahaan-perusahaan global yang terjebak di antara kebijakan pemerintah AS yang semakin proteksionis dan pasar China yang sangat besar dan penting.

Ketegangan ini memperlihatkan betapa kompleksnya hubungan internasional saat ini, di mana teknologi dan keamanan menjadi sangat terpolitisasi. Ke depan, dunia mungkin akan menyaksikan eskalasi lebih lanjut dari ketegangan ini, yang bisa memiliki dampak jangka panjang terhadap stabilitas regional serta perekonomian global.

Pemblokiran Chip TSMC ke China: Langkah AS dalam Pertarungan Teknologi

Pada awal pekan ini, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), raksasa pembuat chip dunia, mulai memblokir penjualan semikonduktor ke China, sebuah langkah yang dipandang sebagai titik penting dalam pertarungan teknologi antara Amerika Serikat dan China. Menurut laporan dari Reuters, chip yang terblokir tersebut umumnya digunakan untuk aplikasi kecerdasan buatan (AI), sebuah bidang yang krusial bagi kemajuan teknologi kedua negara.

Langkah pemblokiran ini tidak terjadi dalam vakum. Ia merupakan hasil dari perintah larangan yang diusulkan oleh anggota parlemen dari kedua partai utama di AS, baik Demokrat maupun Republik, yang semakin khawatir tentang potensi penggunaan teknologi canggih oleh China untuk tujuan yang mungkin berlawanan dengan kepentingan keamanan nasional AS. Kebijakan ini menunjukkan konsensus bipartisan yang langka dalam suasana politik AS yang sering kali terpolarisasi, menggarisbawahi tingkat kekhawatiran yang tinggi terhadap dominasi teknologi AI oleh China.

Tindakan ini dari AS dan TSMC menandai eskalasi signifikan dalam perang teknologi yang sudah lama berlangsung, dimana semikonduktor dan AI menjadi bidang utama pertarungan. Chip yang diblokir adalah komponen kunci yang bisa mempengaruhi banyak industri, dari telekomunikasi hingga pertahanan, dan tentunya, industri teknologi yang sedang booming di China.

Dampak dari pemblokiran ini diperkirakan akan luas. Untuk China, ini bisa berarti perlambatan dalam pengembangan teknologi AI mereka, kecuali jika mereka bisa cepat mengembangkan kapabilitas domestik atau menemukan sumber chip alternatif. Untuk TSMC dan sektor teknologi AS secara keseluruhan, langkah ini mungkin memperkuat posisi mereka dalam jangka pendek, namun juga dapat memicu balasan dari Beijing, yang dapat merugikan kepentingan bisnis AS di China.

Langkah ini juga membuka banyak pertanyaan tentang masa depan hubungan AS-China, terutama dalam konteks perdagangan dan teknologi. Seiring waktu, implikasi dari keputusan ini akan terungkap, membawa konsekuensi baik yang diantisipasi maupun yang tidak terduga untuk pemain global di panggung teknologi dunia.

Kasus TSMC dan Huawei: Titik Tegang dalam Hubungan Teknologi AS-China

Beberapa minggu sebelum pemblokiran penjualan chip ke China oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), sebuah insiden telah menambah ketegangan dalam hubungan teknologi antara Amerika Serikat dan China. TSMC, yang merupakan penerima subsidi dari pemerintah AS, melaporkan ke Departemen Perdagangan AS bahwa salah satu chip buatannya ditemukan pada prosesor AI milik Huawei. Ini merupakan perkembangan signifikan mengingat Huawei adalah salah satu raksasa teknologi China yang telah masuk dalam daftar hitam AS.

Menurut regulasi yang ada, perusahaan-perusahaan yang menerima subsidi dari AS, seperti TSMC, tidak seharusnya menjual teknologi penting kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam blacklist pemerintah AS. Aturan ini dibuat untuk mencegah teknologi Amerika, terutama yang berhubungan dengan keamanan nasional dan infrastruktur kritis, dari potensi penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang bisa membahayakan kepentingan AS.

Penemuan chip TSMC dalam prosesor AI Huawei mempertanyakan bagaimana chip tersebut bisa berakhir di tangan Huawei dan apakah ini merupakan pelanggaran terhadap regulasi perdagangan yang telah ditetapkan oleh AS. Insiden ini tidak hanya menimbulkan pertanyaan tentang keamanan rantai pasokan semikonduktor, tetapi juga menyoroti kompleksitas dan tantangan dalam mengawasi dan memastikan kepatuhan terhadap sanksi dan larangan perdagangan.

Dampak dari insiden ini cukup luas. Bagi TSMC, ini bisa menimbulkan risiko hukum dan keuangan, tergantung pada hasil penyelidikan oleh pemerintah AS dan tindakan yang mungkin diambil untuk mencegah insiden serupa di masa depan. Untuk Huawei, ini menambah tekanan pada perusahaan yang sudah berada di bawah berbagai pembatasan yang diberlakukan oleh AS dan sekutunya, yang telah membatasi akses mereka ke teknologi penting, termasuk semikonduktor.

Sementara bagi hubungan AS-China, insiden ini berpotensi menambah ketegangan yang sudah ada, terutama dalam arena perdagangan dan teknologi. Ini menunjukkan betapa sensitif dan rapuhnya hubungan antara dua kekuatan global tersebut, di mana teknologi dan keamanan nasional sering kali menjadi titik fokus.

Insiden ini juga menggarisbawahi pentingnya transparansi dan kepatuhan dalam operasi bisnis internasional, terutama dalam industri teknologi tinggi. Bagi pemerintah dan regulator, ini memperjelas perlunya mekanisme yang lebih kuat untuk memonitor dan memastikan bahwa perdagangan internasional dan kerjasama teknologi dilakukan sesuai dengan hukum dan regulasi yang berlaku.

 

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.