Starlink – Starlink, layanan internet berbasis satelit milik SpaceX, baru saja meluncurkan fitur terbaru bernama Direct-to-Cell. Teknologi ini memungkinkan ponsel untuk terhubung langsung ke satelit, tanpa perlu menggunakan jaringan menara seluler tradisional.
Layanan ini dirancang untuk memberikan koneksi global, terutama di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional. Dalam pengumuman di laman resminya, Starlink menyebutkan daftar operator seluler (opsel) yang sudah bermitra untuk menggunakan layanan Direct-to-Cell ini.
Operator Seluler Indonesia Belum Terlibat
Meskipun layanan ini membawa potensi besar untuk meningkatkan akses internet global, sayangnya, daftar operator yang diumumkan Starlink belum mencantumkan nama operator seluler dari Indonesia.
Hal ini menjadi pertanyaan besar, mengingat Indonesia memiliki banyak wilayah terpencil yang dapat sangat terbantu oleh layanan internet berbasis satelit seperti ini.
Potensi Direct-to-Cell di Indonesia
Dengan luas wilayah dan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, layanan seperti Direct-to-Cell berpotensi menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan akses internet di daerah pelosok. Namun, hingga saat ini, operator seluler di Indonesia tampaknya belum dilibatkan dalam kerja sama dengan Starlink.
Langkah ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi Indonesia untuk menjajaki kemungkinan kerja sama dengan Starlink dalam menghadirkan konektivitas internet yang lebih merata di seluruh Nusantara.
Dengan Direct-to-Cell, Starlink tidak hanya menghadirkan inovasi baru di dunia telekomunikasi, tetapi juga membuka diskusi tentang pentingnya kolaborasi antara pemain global dan lokal dalam menciptakan solusi konektivitas yang inklusif.
Operator yang Telah Bermitra dengan Starlink Direct-to-Cell
Dalam pengumuman resminya, Starlink mencantumkan delapan operator seluler dari delapan negara yang telah bermitra untuk menggunakan layanan Direct-to-Cell. Berikut adalah daftar operator tersebut:
- T-Mobile – Amerika Serikat
Sebagai salah satu operator terbesar di AS, T-Mobile memimpin inovasi dengan integrasi layanan Starlink untuk meningkatkan jangkauan di daerah terpencil. - Optus – Australia
Optus, operator besar di Australia, memanfaatkan Direct-to-Cell untuk memperluas konektivitas di wilayah pedalaman dan area terpencil negara tersebut. - Rogers – Kanada
Rogers membawa layanan ini untuk memperbaiki jangkauan internet di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur seluler di Kanada. - One NZ – Selandia Baru
Sebelumnya dikenal sebagai Vodafone NZ, One NZ memanfaatkan Starlink untuk meningkatkan akses internet di wilayah pedesaan dan terpencil. - KDDI – Jepang
Sebagai salah satu operator terbesar di Jepang, KDDI menggunakan teknologi Starlink untuk memperluas jangkauan layanan mereka ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau. - Salt – Swiss
Salt menghadirkan layanan Direct-to-Cell untuk meningkatkan konektivitas di wilayah pegunungan Swiss, di mana infrastruktur tradisional sulit diterapkan. - Entel – Chili
Entel bekerja sama dengan Starlink untuk memperluas jaringan internet mereka di wilayah pedalaman dan pegunungan Chili. - Entel – Peru
Sama seperti di Chili, Entel di Peru juga memanfaatkan layanan ini untuk meningkatkan akses internet di wilayah pedalaman, termasuk area pegunungan Andes.
Catatan Penting
Keberadaan delapan operator dalam daftar ini menunjukkan adopsi awal yang cukup terbatas dari layanan Direct-to-Cell. Namun, hal ini membuka peluang bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk mengeksplorasi kerja sama dengan Starlink dalam menghadirkan solusi konektivitas inovatif.
Dukungan operator di wilayah dengan tantangan geografis, seperti Swiss, Peru, dan Selandia Baru, memperlihatkan bahwa layanan ini dirancang untuk memperluas jangkauan internet di area yang sulit dijangkau oleh infrastruktur tradisional.
Starlink Direct-to-Cell Membutuhkan Kerja Sama dengan Operator Seluler
Layanan Direct-to-Cell dari Starlink mengandalkan teknologi satelit canggih dengan onboard modem eNodeB, yang berfungsi seperti menara seluler di ruang angkasa. Namun, dalam pengoperasiannya, Starlink tetap membutuhkan kerja sama dengan operator seluler lokal untuk memanfaatkan spektrum frekuensi radio yang digunakan sebagai jaringan akses.
Hal ini dijelaskan oleh Aju Widya Sari, Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), dalam keterangannya kepada CNBC Indonesia:
“Satelit Starlink dengan kemampuan Direct-to-Cell memiliki onboard modem eNodeB canggih yang bertindak seperti menara ponsel di ruang angkasa, dan dalam pengoperasiannya bekerja sama dengan penyelenggara seluler dalam rangka pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk keperluan jaringan akses,” jelas Aju pada Senin (25/11/2024).
Potensi Kerja Sama dengan Operator Seluler di Indonesia
Saat ini, belum ada konfirmasi resmi mengenai kerja sama antara operator seluler di Indonesia dan Starlink untuk layanan Direct-to-Cell. Namun, beberapa operator, seperti XL Axiata, telah menunjukkan keterbukaan untuk menjajaki peluang kerja sama.
Menurut Reza Mirza, Group Head Corporate Communications & Sustainability XL Axiata:
“XL Axiata selalu terbuka untuk menjajaki peluang kerja sama dengan semua pihak termasuk dengan Starlink untuk dapat memberikan layanan yang lebih baik bagi pelanggan dan masyarakat.”
Peluang dan Tantangan
Adanya keterbukaan dari pihak operator Indonesia, seperti XL Axiata, memberikan sinyal positif terhadap kemungkinan adopsi layanan Starlink di Tanah Air. Namun, diperlukan diskusi lebih lanjut terkait pemanfaatan spektrum frekuensi dan regulasi yang berlaku agar kerja sama ini dapat berjalan sesuai aturan dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Indonesia.
Jika terealisasi, kolaborasi ini berpotensi mengatasi tantangan konektivitas di wilayah terpencil dan mendukung peningkatan layanan internet bagi seluruh masyarakat.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.