AS Siap Larang Teknologi – Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan langkah besar yang dapat berdampak signifikan pada industri otomotif global. Mereka berencana melarang penggunaan hardware dan software buatan China di kendaraan seperti mobil, truk, dan bus, terutama yang menggunakan teknologi otonom.
Langkah ini didorong oleh kekhawatiran yang mendalam terkait keamanan nasional. Pemerintah AS merasa bahwa teknologi buatan China yang digunakan dalam kendaraan otonom dapat dimanfaatkan oleh pihak musuh untuk memanipulasi kendaraan dari jarak jauh, yang bisa membahayakan keselamatan warga Amerika.
Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, mengungkapkan bahwa keputusan ini merupakan langkah yang tepat dan diperlukan untuk melindungi warga Amerika dari potensi ancaman. Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi dalam kendaraan modern, pemerintah AS berupaya memastikan bahwa teknologi yang digunakan di jalan-jalan mereka aman dan tidak rentan terhadap eksploitasi oleh negara asing.
Kekhawatiran Terhadap Teknologi Terkait Keamanan Nasional
Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, menekankan alasan di balik rencana larangan teknologi China dalam kendaraan otonom dengan menyoroti risiko keamanan yang signifikan. “Mobil saat ini dilengkapi dengan kamera, mikrofon, pelacakan GPS, dan teknologi lainnya yang terhubung ke internet,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa, 24 September 2024.
Raimondo menjelaskan bahwa teknologi-teknologi ini, yang semakin menjadi bagian integral dari kendaraan modern, dapat menjadi celah yang dimanfaatkan oleh musuh asing. “Tidak perlu banyak imajinasi untuk memahami bagaimana musuh asing memiliki akses terhadap informasi ini dapat menimbulkan risiko serius bagi keamanan nasional dan privasi warga AS,” lanjutnya.
Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran pemerintah AS bahwa teknologi yang tampaknya biasa saja dalam kendaraan sehari-hari dapat menjadi ancaman jika jatuh ke tangan yang salah, sehingga langkah pencegahan diperlukan untuk melindungi negara dan warganya.
Reaksi Tiongkok Terhadap Langkah AS
Di sisi lain, Tiongkok memberikan reaksi keras terhadap rencana larangan ini. Pemerintah Tiongkok mengkritik langkah Amerika Serikat, menuduhnya memperluas definisi keamanan nasional secara tidak adil. Lin Kian, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, menyatakan, “Tiongkok menentang perluasan konsep keamanan nasional yang dilakukan oleh AS.”
Lin Kian juga menambahkan, “Pemerintah mengecam tindakan diskriminatif yang dilakukan terhadap perusahaan dan produk Tiongkok.” Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara, terutama terkait persaingan dalam teknologi tinggi.
Rencana larangan terhadap software buatan Tiongkok ini diperkirakan akan mulai berlaku pada tahun 2027, sementara aturan terkait hardware akan efektif tiga tahun kemudian, pada tahun 2030. Kebijakan ini memberi waktu bagi industri untuk menyesuaikan diri dan mencari alternatif pemasok yang dianggap lebih aman oleh AS.
Langkah ini tidak hanya mempengaruhi hubungan diplomatik antara AS dan Tiongkok tetapi juga mendorong industri otomotif global untuk merespons dengan mencari solusi baru yang dapat memenuhi persyaratan ketat dari pemerintah AS.
Risiko dan Dampak: Investigasi AS dan Implikasi Global
Selain merencanakan larangan terhadap teknologi China dalam kendaraan otonom, Gedung Putih telah meluncurkan investigasi mengenai risiko dunia maya yang dihadapi oleh kendaraan terhubung. Pemerintah AS sangat memperhatikan potensi ancaman yang dapat timbul dari teknologi yang terhubung ke internet, terutama dalam kendaraan yang dapat berdampak langsung pada infrastruktur kritis.
Sebelumnya, pemerintah AS juga telah melarang impor derek kargo buatan Tiongkok dan memperingatkan risiko siber terkait penggunaan teknologi tersebut dalam infrastruktur penting. Langkah-langkah ini menandakan sikap yang semakin keras terhadap produk-produk teknologi dari Tiongkok.
Dengan adanya larangan dan tindakan lainnya, industri otomotif global perlu bersiap menghadapi perubahan besar dalam rantai pasokan. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia mungkin perlu mencari pemasok alternatif yang lebih aman sesuai dengan regulasi baru ini, yang bisa memicu konflik dagang lebih lanjut antara AS dan Tiongkok.
Selain itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden baru saja mengumumkan kebijakan kenaikan tarif pajak 100 persen pada kendaraan listrik buatan China, yang akan mulai berlaku pada 27 September 2024. Kebijakan ini akan meningkatkan tarif pajak hingga empat kali lipat dari sebelumnya, tidak hanya berlaku untuk kendaraan listrik tetapi juga mencakup produk lain seperti sel surya, baja, aluminium, baterai listrik, dan mineral.
Kebijakan ini menunjukkan eskalasi lebih lanjut dalam perselisihan dagang antara AS dan Tiongkok, dan dapat memberikan dampak besar pada harga dan ketersediaan produk di pasar global. Industri otomotif, khususnya, harus siap menghadapi tantangan baru ini dalam menjaga keberlanjutan dan daya saing mereka di tengah kondisi yang semakin rumit.
Berapa Kenaikan Tarif Pajak Kendaraan Listrik di AS?
Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan kenaikan signifikan dalam tarif pajak untuk berbagai produk buatan Tiongkok, termasuk kendaraan listrik. Kenaikan tarif ini merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan AS pada teknologi dan bahan baku dari Tiongkok, serta untuk memperkuat industri domestik.
Diperkirakan, tarif untuk sel surya buatan Tiongkok akan meningkat hingga 50 persen, sementara tarif untuk baja, aluminium, baterai kendaraan listrik, dan mineral utama lainnya akan naik menjadi 25 persen. Langkah ini diharapkan dapat memicu pertumbuhan industri lokal, meskipun di sisi lain, biaya produksi mungkin akan meningkat.
Mulai tahun 2025, tarif sebesar 50 persen akan diterapkan pada semikonduktor dari Tiongkok. Selanjutnya, mulai 1 Januari 2026, tarif sebesar 25 persen akan dikenakan pada baterai lithium-ion, mineral, dan komponen penting lainnya yang digunakan untuk produksi laptop dan ponsel. Ini menandakan adanya tekanan tambahan pada rantai pasokan global, khususnya bagi industri yang sangat bergantung pada komponen dari Tiongkok.
Meskipun ada permintaan dari industri otomotif untuk menurunkan tarif pada grafit dan mineral—yang sangat penting untuk produksi baterai kendaraan listrik—pemerintah AS memutuskan untuk mengabaikan permintaan tersebut. Keputusan ini bisa berdampak pada kemampuan produsen kendaraan listrik di AS untuk memenuhi permintaan domestik dan internasional.
Tidak hanya di AS, kebijakan serupa juga diperkirakan akan diterapkan di Eropa. Dikutip dari Arenaev pada Senin, 23 September 2024, Lael Brainard, penasihat ekonomi Gedung Putih, mengatakan bahwa keputusan ini bertujuan untuk memastikan bahwa industri mobil listrik di AS tidak terlalu bergantung pada pasokan dari Tiongkok. Ini adalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk mendiversifikasi sumber daya dan mendorong kemandirian ekonomi.
Tujuan Kenaikan Tarif Pajak 100 Persen
Kenaikan tarif pajak sebesar 100 persen yang diterapkan oleh Amerika Serikat pada kendaraan listrik buatan Tiongkok bukanlah tanpa alasan. Tarif ini dianggap penting untuk melawan subsidi yang diberikan oleh pemerintah Tiongkok serta kebijakan transfer teknologi yang telah menyebabkan kelebihan kapasitas produksi di pasar global.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa kendaraan listrik dari Tiongkok mendapatkan “keuntungan biaya yang tidak adil” karena dukungan pemerintah yang besar, memungkinkan mereka untuk dengan cepat menguasai pasar mobil di banyak negara. Kondisi ini membuat produsen kendaraan listrik di negara lain, termasuk di AS, merasa tertekan dan kesulitan bersaing.
Namun, kebijakan penekanan terhadap produk Tiongkok ini bisa berdampak negatif pada konsumen di AS. Kemungkinan besar, mitra industri otomotif yang terkena dampak kenaikan tarif ini akan menaikkan harga produk mereka, yang berarti konsumen harus membayar lebih mahal untuk membeli mobil listrik di masa depan.
Sebagai buntut dari rencana kebijakan ini, Tiongkok kerap kali mengancam Amerika Serikat, menuding tindakan tersebut sebagai bentuk “intimidasi.” Tiongkok juga menegaskan bahwa keberhasilan bisnis mereka di pasar dunia tidak hanya disebabkan oleh dukungan pemerintah, tetapi juga berkat inovasi yang mereka lakukan secara terus-menerus.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.